[no spoiler, review only ]
So, just read along…
Another book that WOW me: Orang Jujur Tidak Sekolah-nya Andri Rizki Putra.
Hmm.. i need to take a deep breath after reading this because it’s admiring! 🙂
Kalau disuruh menggambarkannya dalam dua kata, i’d say: Hard Work and Conviction. I read them everywhere in the book! Sangat menginspirasi dan membuka pikiran. Selain itu, saya suka gaya penulisannya yg lugas dan blak-blakan. Saya sangat berharap banyak orang yg membaca buku ini, khusunya para orang tua dan calon orang tua, well, sebut saja semua orang. Mengapa? Agar setidaknya semua orang bisa menghayati dan menelaah sudut pandang yg lain tentang perjuangan untuk mendapatkan pendidikan. Juga agar terbuka cakrawala yg lebih luas mengenai pengertian “Pemerataan Pendidikan”.
Saya kagum terhadap kedua tokoh utama dalam buku ini, yaitu Rizki dan Ibunya. Beberapa orang mungkin akan menangkap kesan “acuh” pada sikap ibu Rizki, but i don’t. Rizki mengajarkan kita “persistence” dan ibunya menunjukkan kepercayaan yg luar biasa pada anaknya. Karena memang sudah seharusnya orang tua adalah #1 best supporter anak-anak mereka. Selain itu, orang tua pulalah yg seharusnya menguatkan dan yakin akan kemampuan anaknya. Kalo ortunya aja udah gak yakin, pegimane anaknye? Terdengar sepele, tapi karena saya gak mau bikin spoiler dan daripada saya jelaskan tapi malah misleading, jadi mending baca sendiri saja yak 😆
Melalui buku ini juga pemahaman saya terhadap sistem pendidikan di Indonesia bertambah. Dengan membaca buku ini, saya harap orang-orang lebih memahami jenis-jenis sistem pendidikan selain pendidikan formal: informal dan nonformal (kesetaraan). Pendidikan informal dapat ditempuh melalui kursus/pelatihan. Sedangkan pendidikan nonformal ditempuh melalui homeschooling dan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Mengajar). Homeschooling sendiri ada homeschooling komunitas dan homeschooling tunggal. Lebih lanjut mengenai homeschooling ini, akan saya pelajari pada buku lain. Maka buku selanjutnya yg akan dilahap adalah buku “Apa itu Homeschooling?” oleh Aar Sumardiono. Di sisi lain, saya pun tertarik untuk membaca Guru Gokil Murid Unyu oleh J. Sumardianta. *semakin panjanglah PR baca* 😀
Saya rasa penting bagi kita untuk memahami kedua sistem pendidikan nonformal ini, meskipun belum tentu kita akan melaksanakan sistem tersebut. Hanya saja, apabila karena satu dan lain hal sesuatu menghendaki agar anak kita/orang lain di sekitar kita tidak melanjutkan pendidikan secara formal, maka sistem pendidikan lain bukanlah pilihan yg buruk. And that’s not the end of the world. Juga dengan pemahaman kita yg bertambah, tentunya akan mengurangi sikap skeptis dan judgemental terhadap sesuatu yg tidak umum di lingkungan kita.
Terkait banyaknya hal-hal yg inspiratif dari buku ini, selama membaca sayapun tidak pernah lepas dari pulpen/pensil. Buat apa? Emang ada kuisnya? Bukan sodara-sodara, tetapi untuk diberi highlight. Yak, highlight. Sebagai pengingat bagi diri sendiri juga kelak jika anak-anak saya membaca buku ini, ia akan memberi perhatian besar pada kalimat-kalimat yg saya garis bawahi. Harapan saya, setelah mereka memberi perhatian besar pada kalimat-kalimat tersebut, mereka akan mengingat dan menerapkannya dalam hidup.
Pada akhirnya, buku ini semakin membuat saya berpikir. Di luar ketidakpahaman saya terhadap apa yg terjadi di lingkungan yg berwenang sana, mengapa sistem ujian nasional masih saja dipertahankan?
No one is playing dumb behind this, isn’t there?
sa sudah baca. dan amazing, dalam 1 malam buku ini tewas dihadapan saya. rizky membagi ceritanya dengan baik dan membuka mata kita semua, terutama saya pribadi. semoga rizki kelak menjadi pelita bangsa,, aamiin
LikeLike
Iya mas, aaamiin! Saya setuju sekali.
LikeLike
setiap kali ada bahasan tentang anak ini saya selalu suka Neng..rasanya seperti tertampar muka ini..semoga kelak banyak tercipta pemimpin anak bangsa yg jujur dan pintar di negeri ini
LikeLike
Aaamiin 🙂
LikeLike
Belum baca dan gak ada di rumah…. hmmmm *buka dompet* belum gajian pula…. 😀
Thank you Nad dah dikenalkan sama buku ini dan yayasan yang tadi itu. 😛
Pendidikan formal dan informal, keduanya penting. Tapi sekarang justru saya lihat non formal (etiket terutama) jadi lebih penting. Menurutmu gimana?
LikeLike
My pleasure~~
semoga saja dengan bergantinya struktur dan pejabat di kementerian pendidikan sekarang bisa menghasilkan perubahan yg signifikan dan strategis lah 😐
Bener banget, ngeliat kasus pendidikan sekolah macem LKS2 yg isinya ngawur itu kadang suka bikin bingung dan prihatin sendiri
Makanya abis baca ini langsung nyari referensi soal homeschooling dan pendidikan nonformal lainnya, a mind-opener banget 🙂
LikeLiked by 1 person
Wah… kenapa jadi cari ref itu Nad? Ada niatan bikin ya?
LikeLike
Haha engga…nambah pengetahuan aja 😀
LikeLiked by 1 person
Kirain. Kalau iya kan bs kerja sama. Hahaha
LikeLike
Waw..mas mo bkin yayasan? 😀
LikeLike
Gakk. Cuma kepikir mau bikin yang informal itu. Eh tapi… BEC termasuk yang informal juga ya.
Semalam chat sama Mba Mikan, katanya dia mimpi kalau BEC jadi komunitas yang sangat besar dan banyak kegiatan positifnya. Duh. Jadi pengen deh.
LikeLike
Termasuk mas, BEC ini versi kecilnya akademi berbagi kali yaa, karena majelis ilmu di mana ilmunya gratis ⭐ cool!
AAAMIIN!! semoga ya mas, kayaknya kalopun one day jadi gede dan ngadain kegiatan workshop berbayar pun tetep banyak peminatnya deh 🙂
LikeLiked by 1 person
Masa seeeh? Kita lagi bahas di admin, charge biaya buat gathering enak gak ya. Hahaha
LikeLike
Gapapa lah, mas 😀 kalo gratis justru mikir yg nanggung biaya siapa, kcuali ada donatur wkwkw
LikeLiked by 1 person
Lg nyari nih Nad.
LikeLike
Nyari sponsorship apa gmn?
LikeLike
Iya. Nyari sponsorship sekalian. Sama tempat.
LikeLike
Waah….semangaat!!! Good luck, anything i could help? 😀
LikeLiked by 1 person
Ada kenal tmpt buat kumpul 30an org. Free kalau bisa hehehe
LikeLike
Hm hm… Coba cari info deh..
LikeLike
Makasih in advance ya. Kita lg coba bbrp sih. Sbg gantinya kita nulis soal tmpt itu di blog.
LikeLike
Ogituu.. I see..
LikeLike
Iya. Makanya agak susah. Hehehe
LikeLike
Iyaya
padahal sebenernya efek ulasan itu lbh jangka panjang daripada uang sewa yak 😛
LikeLiked by 1 person
Itulah Nad. Belakangan kepikir banget lo efek blog dan blogger (terutama blogger wanita) terhadap sales. Makanya salut sama blogger wanita.
LikeLike
Beberapa produsen ada yg udh nangkep sih efek dari review-an, tp kyknya banyak jg yg blm tau 🙂
LikeLiked by 1 person
Iya. Yang lbh mengerti yang memang punya sosial media juga.
LikeLike
Pingback: Referensi Buku Parenting | Nadcissism